Dinasti politik di Kalimantan Timur, mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam satu dekade belakangan ini. Terdapat beberapa faktor yang mendorong makin suburnya dinasti politik di Kalimantan Timur, yakni: Pertama, kelembagaan partai politik yang tidak demokratis. Kedua, minimnya kapasitas partai politik dalam membangun kemandirian keuangan organisasi. Ketiga, faktor regulasi yang memungkin konsolidasi dinasti politik. Keempat, kesadaran politik rakyat yang masih sangat rendah dan cenderung mengambang (floating mass). Kelima, masih kuatnya budaya feodal dalam tataran masyarakat kita. Lantas bagaimana relasi antara korupsi dan dinasti politik?
Baca juga : Jejak Sejarah Korupsi Di Indonesia.
Secara teoritis, hubungan antara korupsi dan dinasti politik cenderung ambigu. Sebab satu sisi, dinasti politik akan sangat dipengaruhi oleh insentif pembangunan reputasi (reputation building incentive) yang bertujuan untuk membangun citra baik di mata publik. Namun pada sisi yang lain, dinasti politik juga sangat dipengaruhi oleh insentif menimbun kekayaan (stockpiling wealth incentive), yang justru memperlihatkan watak sejatinya yang rakus dan tidak terkontrol dalam mengakumulasi kekayaan. Itu adalah bagian dari strateginya untuk melanggengkan kekuasaanya secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi lainnya. Kecenderungan mengakumulasi kekayaan secara tidak terkontrol inilah yang melahirkan karakter yang korup. Kendati pun reputasi coba dibangun sebaik mungkin, namun watak sejatinya yang korup tersebut sulit untuk disembunyikan.
Pengutipan : Herdiansyah Hamzah, Korupsi dan Fenomena Dinasti Politik di Kalimantan Timur, Kertas Kerja 4/2020, Auriga Nusantara, Jakarta, 2020.
Tulisan ini merupakan kertas kerja Auriga Nusantara, yang merupakan kerjasama antara Auriga dan KPK. Tulisan ini dapat diunduh melalui link berikut : Auriga atau di sini : Download.
Sumber gambar : BBC News Indonesia.
Leave a Reply